Bagi orang Jepang, kucing adalah hewan yang teramat istimewa. Bahkan,
konon orang Jepang lebih memilih memelihara kucing dibanding memelihara
anjing.
Para kaisar yang pernah menduduki tahta pemerintahan, konon selalu memelihara kucing. Ini dikarenakan adanya mitos turun-temurun yang menyatakan bahwa kucing adalah hewan kesayangan Dewa Amaterasu, dewa matahari.
Para kaisar yang pernah menduduki tahta pemerintahan, konon selalu memelihara kucing. Ini dikarenakan adanya mitos turun-temurun yang menyatakan bahwa kucing adalah hewan kesayangan Dewa Amaterasu, dewa matahari.
picture from http://klikunic.net/ |
Sebagai hewan kesayangan Dewa, kucing sering turun ke dunia manusia untuk mengamati kehidupan para manusia dan melaporkan segala yang dilihatnya itu kepada para dewa. Jika ia menemukan orang yang berhati mulia namun sangat miskin, ia akan melaporkannya kepada Dewa Kemakmuran agar orang baik tersebut diberi rahmat rejeki.
Dari mitos ini pulalah lahir boneka 'ManekiNeko',
yaitu boneka atau patung kucing yang duduk dan melambaikan satu kaki
depannya. Kita sering melihat patung seperti ini di toko-toko, bukan?
Patung ini adalah simbol rejeki atau kemakmuran, karena orang Jepang
percaya bahwa kucing itu mendatangkan rejeki. Mitos ini tidak hanya
dipercaya oleh orang Jepang, tapi juga oleh orang-orang China yang
dikenal sebagai pedagang ulung.
Saking istimewanya orang Jepang
dalam memperlakukan kucing, di Tokyo terdapat beberapa kafe yang
diperuntukkan khusus untuk kucing. Biasanya kafe digunakan oleh manusia
untuk tempat nongkrong dan menghabiskan waktu, tapi di Tokyo beberapa
kafe justru digunakan untuk kucing-kucing yang tak sempat diurus oleh
majikanya.
Di kafe-kafe tersebut tampak kucing-kucing sedang asik
mencakar-cakar dan memukul mainan tikus plastik, atau bermalas-malasan
di atas sofa. Selain bisa bencengkrama dengan kucing lainnya, sang
peliharaan akan disediakan makanan dan minuman.
Ada juga kafe
yang nampak seperti sebuah kediaman pribadi atau kantor arsitek. Bagian
dalamnya terlihat layaknya toko buku anak-anak yang dipadukan dengan
setting film Barney. Di sekitarnya terdapat rak buku, peralatan main
kucing, dan alas yang empuk.
Kemudian ada juga kafe yang memasang
fasilitas Nitendo, disini selain pengunjung dapat bermain-main bersama
kucing, mereka juga dapat bermain game bersama mereka.
Siapa yang tidak sayang pada kucing? Hewan lucu dan menggemaskan ini,
menjadi salah satu hewan favorit yang banyak dijadikan hewan peliharaan
dari segala penjuru dunia. Kalangan eksekutif muda di Osaka, Jepang kini punya kebiasaan anyar
yakni hang out sepulang kerja di kafe berlabel Neko no Jikan. Jangan
membayangkan pub ini bertabur geisha. Sesuai namanya, yang artinya
adalah “Waktunya untuk Kucing”, kafe ini menyediakan kucing sebagai
pengiburnya.
Kafe ini terletak di lokasi yang strategis di pusat kota Osaka, di
antara bar-bar bergaya Barat. Begitu masuk, puluhan kucing aneka ras
akan menyambut. Mereka adalah kucing-kucing yang sudah sangat terlatih
untuk “ramah” dan “sangat manja” dengan tetamu yang datang. Saat ini, Neko no Jikan “mempekerjakan 21 ekor kucing yang akan
berbagi ruangan dengan para tamu. Kucing-kucing itu akan datang pada
para tamu hanya jika dipanggil. Bila tidak, mereka akan berbaring-baring
saja di rak-rak yang dipasang di dinding kafe.
Kafe ini dikelola oleh Yoko Yoshida, 53 tahun. Ia adalah penyayang
dan pelatih kucing di Osaka. Kafe kucing sudah didirikannya sejak tahun
2005 dan tak pernah sepi pengunjung. Sekali datang, pengunjung dikenai biaya 840 yen jika hanya ingin
bercengkerama dengan kucing dan 1.050 yen jika mereka makan dan minum.
Yoshida awalnya bekerja di sebuah toko hewan peliharaan pemangkas
rambut anjing. namun, ia mengaku lebih nyaman dengan kucing yang
disebutnya bisa menghilangkan stres dan ketegangan akibat kesibukan
kerja. Saat ditanya bagaimana jika kucing-kucing yang dipekerjakannya stres
dan lelah, ia tertawa. Menurutnya, bagi kucing-kucingnya diperlakukan
sistem shift dan di lantai dua kafe itu disediakan ruang relaksasi bagi
kucing-kucingnya.
Menarik juga ya. Bagaimana dengan Indonesia? Akankah ada pengusaha
yang berniat membuka cafe kucing juga? Kita tunggu saja nanti. Kafe kucing telah lama populer dan tempat itu memang disediakan
untuk para pecinta kucing yang tidak bisa menjaga hewan peliharaannya di
rumah atau di apartemen karena peraturan yang ketat. Sebuah amandemen Undang Undang Perlindungan Hewan Jepang,
memberlakukan revisi dari jam operasional kafe-kafe tersebut. Aturan
itupun mulai diterapkan pada 1 juni 2012 mendatang.
"Ada revisi baru yang memaksa kita mengurangi jam operasional kafe. Setelah 8 malam, kita harus menempatkan kucing di kandangnya, jauh dari para pelanggan," kata Hiromi Kawase, pemilik salah satu Tokyo kafe kucing seperti dikutip Reuters, Kamis (1/3/2012).
"Semua orang tahu kucing sangat senang di malam hari, dan akan terlihat indah dengan mata lucunya yang besar. Jadi saya tidak bisa mengerti mengapa orang-orang disana mengabaikan hal ini. Ini benar-benar aneh," tambahnya.
Pengunjung kafe milik Kawase membayar 1.000 yen atau sekira Rp111,8 ribu (Rp111.8 per Yen) selama satu jam, untuk bermain dengan salah satu dari 24 kucing peliharaannya.
Pemerintah mengatakan target sesungguhnya dari peraturan terhadap pengaturan kafe kucing adalah untuk mengurangi bisingnya suara kucing bahkan anjing di malam yang larut. Itu dapat menggangu jam tidur masyarakat setempat.
Sebelumnya, kafe kucing milik Kawase tutup jam 10 malam, dan biasanya para pelanggan baru datang sekitar jam 8 setelah pulang kerja, lalu bermain-main sampai kafe tutup.
"Ada revisi baru yang memaksa kita mengurangi jam operasional kafe. Setelah 8 malam, kita harus menempatkan kucing di kandangnya, jauh dari para pelanggan," kata Hiromi Kawase, pemilik salah satu Tokyo kafe kucing seperti dikutip Reuters, Kamis (1/3/2012).
picture from http://citra.mbaopen.com/ |
"Semua orang tahu kucing sangat senang di malam hari, dan akan terlihat indah dengan mata lucunya yang besar. Jadi saya tidak bisa mengerti mengapa orang-orang disana mengabaikan hal ini. Ini benar-benar aneh," tambahnya.
Pengunjung kafe milik Kawase membayar 1.000 yen atau sekira Rp111,8 ribu (Rp111.8 per Yen) selama satu jam, untuk bermain dengan salah satu dari 24 kucing peliharaannya.
Pemerintah mengatakan target sesungguhnya dari peraturan terhadap pengaturan kafe kucing adalah untuk mengurangi bisingnya suara kucing bahkan anjing di malam yang larut. Itu dapat menggangu jam tidur masyarakat setempat.
Sebelumnya, kafe kucing milik Kawase tutup jam 10 malam, dan biasanya para pelanggan baru datang sekitar jam 8 setelah pulang kerja, lalu bermain-main sampai kafe tutup.
Wah, kalo di sini ada kafe kucing, ane pasti betah deh! Imut-imut, gembul-gembul, pengen bawa pulang... cuma sayang doku ane... *gakusahdibicarakan*
Sumber:
http://hobby.ghiboo.com/wow-ada-kafe-khusus-kucing-di-tokyo
http://suarakawan.com/2012/05/05/trend-terbaru-hang-out-di-cat-cafe-jepang/
http://international.okezone.com/read/2012/03/02/214/585969/keberadaan-kucing-di-jepang-dibatasi