Buscar

Page

Taman Gantung Babilonia

Cheajoe.blogspot.com, minggu 11 April 2010

Sejarawan Mesir Kuno, Herodotus, yang hidup sekitar 450 SM, pernah mengatakan, "keindahan kota Babilon melampaui keindahan kota-kota tersohor di dunia." Ia mengatakan hal itu setelah melihat tembok kota yang dibangun Raja Nebuchadnezzar II yang berkuasa selama 43 tahun-sejak tahun 605 SM-begitu indah dan kokoh.


Nebuchadnezzar pula yang membangun Taman Gantung. Konon, menurut cerita, taman itu dibangun Nebuchadnezzar untuk menghibur istrinya, amyitis, putri raja Medes dari media yang kangen pada kampung halamannya. Agar Amyitis betah tinggal di Babilon, maka dibangunlah taman itu yang kini tercatat sebagai salah satu keajaiban dunia.

Perkawinan Nebuchadnezzar dan Amyitis adalah perkawinan politik. Tujuan utama Nebuchadnezzar adalah mempersatukan kerajaan Babilonia dan Media.

Diodorus Siculus, sejarawan Yunani pada masa itu, menggambarkan hebatnya Taman Gantung bagi Amyitis. Menurut Diodorus, lebar taman itu 400 kaki (sekitar 130 meter), panjangnya 400 kaki, sedangkan tingginya kebih dari 80 kaki (sekitar 26 meter). Padahal tembok kota Babilon, menurut Herodotus, 320 kaki (sekitar 106 meter)
Cerita Taman Gantung Babilon adalah cerita cinta antara Nebuchadnezzar dan Amyitis. Kisah ini mirip cerita pembangunan Taj Mahal di Agra, India. Taj mahal adalah bangunan cinta.

Salah satu bangunan yang disebut paling indah di dunai itu dibangun atas perintah  Sultan Sjah Jahan (Sjahjahan). Adalah "cinta dan kesetiaan" pada istrinya, Arjumand Bano Begum yang juga dikenal dengan nama Begum Mumtaz Mahal (Mahkota Kerajaan), yang mendorong Sjah Hahan memerintahkan untuk membangun Taj Mahal.

Bangunan makam yang terbuat dari marmer putih itu dibangun pada tahun 1631-1653 dengan mengerahkan 22.000 pekerja serta puluhan arsitek, seniman, dan ahli bangunan dari berbagai negara, termasuk Italia dan Perancis. Batu marmer dikumpulkan dari seluruh India, seperti Makrana dan Rajasthan. Batu-batu khusus didatangkan dari Rusia, Cina, Afganistan, Persia, Asia Tengah, dan Yaman.

Kini, peninggalan kerajaan Dinasti Neo-Babilonia itu masih dapat disaksikan di Babilon. Komplek kota raja konon luasnya 21 kilometer persegi. Ekskavasi hingga kini terus dilakukan. Diantara yang sudah terlihat dan sudah direstorasi adalah istana Nebuchadnezzar yang total luasnya 52.000 meter persegi. Selain itu, bangunan lain yang sudah di restorasi adalah kuil Ishter, Kuil Nabu, dan Kuil Ninimakh serta Pintu Gerbang Ishtar (ini merupakan pintu gerbang yang menghadap ke utara).

Cerita tentang Babilon tak bermula dari sini. Bertahun-tahun sebelumnya ketika dunia "masih muda", cerita tentang Babilon sudah ada. Kota yang terletak sekitar 90 kilometer sebelah selatan Baghdad dan diapit dua sungai besar, Tigris dan Eufrat, itu memang kaya legenda, cerita, dan sejarah. Misalnya, cerita tentang menara Babel.

Lambert Dolphin dalam The Tower of Babel and The Confusion of Languages mencari jawaban mengapa mereka membangun menara seperti itu. Untuk apa menara itu dibangun? mencari kepuasan diri dan kemegahan diri. Itulah jawaban singkat Lambert Dolphin.

Pembangunan sebuah kota, seperti yang dilakukan Nimrod ketika itu, melambangkan dambaan manusia untuk terus berkumpul. Mereka, ketika itu, takut tercerai-berai dan hidup di tempat yang belum mereka kenal berhadapan dengan bahaya. Karena itu, didirikan sebuah kota Babilon dan Ninive sebagai pusat kegiatan, sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Akan tetapi, ketika mereka membangun menara dengan mengatakn, "Marilah kita cari nama, marilah memegahkan diri", di saat itulah kemanusiaan manusia berkuasa. Menara dibangun untuk kebutuhan badan, jiwa, dan semangat. Bahkan, mereka ingin membangun menara yang mencapai langit. Kalau perlu dapat memanah matahari dari puncak menara. Pendek kata, menara dibangun untuk pemuasan diri.

Inilah yang menurut kisah, yang menjadi penyebab turunnya hukuman dari Tuhan sehingga mereka tercerai berai dan tak bisa memahami bahasa mereka satu sama lain. 

Sindrom menara Babel itu pula, yang menurut para sejarawan, merasuki Nebuchadnezzar II, yakni dengan membangun Taman Gantung dan Menara Babel di kompleks istananya. Ia membangun kompleks istana begitu megah, yang sekarang sisa-sisanya masih bisa dilihat, dan memerintah dengan tangan besi. Babilon di zaman Nebuchadnezzar II, yang memerintah pada tahun 605-562 SM, mencapai masa keemasan.

Saat pasukan gabungan pimpinan AS menggempur Irak, cerita Menara Babel itu muncul lagi. Apa yang dicari George W Bush? Apakah ia seperti Nimrod dan orang-orang yang mengatakan, "Marilah kita cari nama", saat hendak membangun Menara Babel?

Kalaupun Bush tidak mengatakan seperti itu, suka tidak suka, saat ini Menara Babel itu sudah merasuki dunia. Pembangunan Menara Babel dimaksudkan untuk menyeragamkan manusia zaman itu dalam satu budaya.

Saat ini pun demikian. Semua ada di bawah dominasi budaya, yakni budaya kapitalisme, satu hegemoni, yakni hegemoni komunikasi AS. AS yang merupakan satu-satunya adikuasa di dunia ini berusaha memaksakan kehendaknya dengan segala cara dan upaya, termasuk perang.

Ketika Divisi Infanteri ke-3 AS bergerak dari Kuwait ke Baghdad beberapa hari lalu, banyak yang khawatir akan nasib situs sejarah yang sebenarnya dapat mengajak orang untuk selalu bercermin bahwa memegahkan diri, mencari nama untuk diri sendiri, adalah awal dari kehancuran.

Hingga kini, memang Babilon masih selamat. Tetapi, andaikan nanti kota Babilon-kata Babilon berasal dari bahasa Akkadia dan berarti Pintu Tuhan-menjadi sasaran, maka semuanya hanya akan tinggal cerita: cerita tentang kebesaran Babilon.


Rahasia Air yang memanjat

Salah satu yang paling menakjubkan dari taman bergantung Babylonia adalah sistem pengairannya. Para kontraktor taman ini berhasil mendesain suatu sistem pengairan yang memungkinkan air sungai Efrat untuk "memanjat" taman setinggi seratus meter itu. 

Mereka menggunakan semacam pompa kincir raksasa. Dua buah kincir besar (satu di atas yang lain di bawah) dihubungkan cengan sebuah rantai. Rantai inilah yang memutar kedua kincir untuk mengambil dan menuangkan air.

Di sepanjang rantai itu diikatkan ember-ember besar yang mengambil air dari sungai eufrat, dan menuangkannya ke kolam penampungan di puncak taman. Sistem ini memungkinkan taman untuk menerima air terus menerus. Jadi meskipun Babilonia merupakan wilayah yang jarang didatangi hujan, tamannya tetap menerima cukup pasokan air. 

Keberadaan taman bergantung babilonia telah memunculkan kontroversi di kalangan para arkeolog. Keberadaan taman ini diragukan mengingat tak ada bukti arkeologi yang mendukung keberadaannya di masa lalu.

Manuskrip-manuskrip cuneiform Babilonia yang ditemukan pun tak ada yang membahasnya, padahal bangunan kuno lainnya, seperti ziggurat dan kuil Marduk diterangkan dengan jelas.

Sebenarnya tidak bergantung

Taman bergantung sebenarnya tidak sungguh-sungguh tergantung. Ada misinterpretasi soal kata "bergantung". Orang Yunani menyebut taman ini dengan "kremastos" yang dilatinkan menjadi "pensilis", dan dalam bahasa inggris disebut "overhanging", artinya berada di balkon atau di teras. Jadi yang dimaksud dengan taman bergantung adalah taman yang berasa di dataran tinggi seperti balkon atau teras.

Sumber dari bangsa Yunani menyebutkan bahwa taman bergantung berbentuk quadrangular, setiap sisi panjangnya 4 plethora, terdiri dari arched vaults di pondasinya. Taman ini mempunyai tumbuhan yang ditanam diatas permukaan tanah, dan akar dari tanaman ini melekat di teras bagian atas, bukan di dalam bumi. Seluruh massanya didukung oleh colom batuan. Air dipompa ke atas dan dibiarkan mengalir menuruni lereng, mengairi tumbuh-tumbuhan.

Robert Koldewey adalah arkeologis Jerman yang berhasil menenemukan reruntuhan kota Babylon. Ia mulai menggali lokasi situs tahun 1899, Koldewey menggali selama 14 tahun dan berhasil menemukan dinding istana, menara Babel, dan fondasi istana Nebuchanezzar. Penemuan lainnya yang mendukung adanya taman bergantung, termasuk kolong bangunan dengan dinding yang tebal dan irrigasi yang dekat dengan istana selatan.

Ahli sejarah Yunani, mengatakan bahwa taman bergantung terletak di sungai Euphrates. Yang lainnya berpendapat bahwa lokasinya sangat jauh dari sungai Euphrates berdasarkan penemuan dari kolong bangunan yang terletak beberapa ratus yard dari sungai.

Tempat beradanya istana telah direkonstruksi dan diperkirakan taman bergantung terletak di daerah yang merentang dari sungai ke istana. Dinding yangmassif, tebal 25 kaki, baru-baru ini ditemukan di pinggir sungai, yang kemungkinan merupakan langkah untuk membentuk teras yang dideskripsikan dalam referensi Yunani.

Menurut manuskrip hanya ada dua bangunan di kota itu yang terbuat dari batu, yakni dinding utara-istana, dan taman bergantung. Koldewey berhasil menemukan 14 ruangan dari batu. Diperkirakan diantaranya merupakan bagian dari taman bergantung.

Koldewey juga menemukan lubang aneh dilantai, kemungkinan besar di tempat itulah dulu berdiri pompa kincir raksasa taman bergantung. Lokasi reruntuhan yang ditemukan koldewey berada jauh dari sungai Eufrat. Jadi arkeolog lain masih meragukan kalau reruntuhan itu berasal dari taman bergantung. Sebab menurut sejarahnya taman itu terletak dekat sungai Eufrat.

Pada tahun 538 BC, pemimpin terkahir Babylonia menyerah kepada Cyrus Agung dari Persia. Dan ini adalah pertanda berakhirnya dinasti Chaldean dan Babilonia.


cek juga videonya:





Sumber http://www.astrodigi.com/2010/05/taman-gantung-babilonia-bangunan.html dan http://azharnoise.blogspot.com/2011/04/taman-gantung-babylonia.html

tweet

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...