Buscar

Page

Letusan Gunung Tambora-Tahun Tanpa Musim Panas

Letusan Tambora Tahun 1815 (Sumbawa, Indonesia, kemudian seluruh dunia)
5 April 1815-hingga musim semi 1817 lebih dari 150.000 orang tewas
Kerugian miliaran dalam bentuk padi dan kehancuran lainnya





Setiap orang berpikir bahwa Tambora telah punah. Tetapi tidaklah demikian. Pada tanggal 5 April 1815, Goliath setinggi 13.000 kaki ini (kurang lebih 3.960 m) telah bangun dan mengeluarkan serangkaian suara gemuruh yang mengumandangkan kehadirannya, dan terdengar dalam jarak ribuan kilometer. Selama lima hari, gunung ini memuntahkan abu dalam jumlah yang mampu meruntuhkan rumah--rumah di Sumbawa karena bobotnya. Abu ini tebal dan tidak bisa ditembus oleh cahaya matahari sehingga para penduduk di pulau ini bisa dikatakan tidak mampu melihat tangan di hadapan wajh mereka. Pada tanggal 10 April, letusan ini memuncak dengan gumpalan api yang sangat besar, yang membelit satu sama lain dan terjalin di atas gunung yang berpijar.

Kejadian ini diikuti oleh angin topan, yang mungkin serupa dengan meteorologis badai api-topan api yang terbentuk selama kebakaran besar. Bagaikan sebuah mesin penyedot, kekacauan ini telah menyapu manusia, hewan, dan rumah, terbang ke udara. Makhluk hidup terpotong-potong dan terbakar, benda-benda mati hancur dan tercabik-cabik menjadi potongan-potongan yang tak terhitung banyaknya.

Kekuatan letusan Tambora melebihi kemampuan gunung dan pulau di mana gunung ini berdiri. Saat gunung ini melepaskan berton-ton batu karang, lava, dan abu, gunung ini mulai menyusut, dari tiga belas ribu kaki (3.960 m) menjadi sembilan ribu kaki (2.740 m), dan ironisnya permukaan pulau mulai naik, saat abu bertumpuk beberapa sentimeter. Abu yang memiliki kedalaman lebih dari tiga kaki (kurang lebih 90 m), juga menghisap air di sekitar Sumbawa dan menuntaskan karya pemusnahan Tambora terhadap manusia yang berada di dalam jangkauannya. Abu telah membunuh semua sayuran, dan wabah kelaparan yang segera menyusul, digabungkan dengan epidemi kolera, telah menambah jumlah 80.000 kematian yang mana 12.000 orang yang terbunuh seketika selama letusan.

Seorang pengamat letusan Tambora merenungkan bahwa abu yang telah dikeluarkan oleh gunung api ini, jika tersebar secara merata mungkin seluruh Jerman. Sebagian besar abu tidak jatuh ke tanah, tetapi tetap berada di atmosfer, dan mulai berkelana ke seluruh dunia dibawa oleh angin. Awan yang sangat besar ini telah menyebabkan turunnya temperatur bumi, dan kehancuran padi musim panas yang mulai menguning di Eropa dan Inggris.

Temperatur bulan juni jauh di bawah normal, dan turut menyumbang kerusakan yang telah disebabkan oleh kekeringan berkepanjangan. Para petani mulai mengambil jalan dengan memberi makanan jagung yang bisa mereka panen pada ternak mereka, agar tidak kehilangan ternak itu, Di Swiss, orang-orang yang kelaparan telah memakan anjing dan kucing yang tersesat. Para petani New York terpaksa menggali tanaman kentang yang baru saja ditanam untuk memberi makan kepada keluarga mereka. Embun beku musim panas yang aneh telah membunuh padi segera setelah tanaman ini ditanam. Orang-orang mulai berburu racoon (mamalia semacam kucing) dan burung merpati untuk dimakan. Kelaparan dan penyakit diperkirakan telah menambah jumlah korban meninggal nyaris sebanyak 50.000, pada jumlah kematian keseluruhan gunung Tambora, meski pada saat itu tak seorang pun yang memahami kaitan antara tahun tanpamusim panas dan letusan gunung api yang jaraknya ribuan kilometer, dan meletus ratusan hari pada masa lalu ini.Meski mereka memahaminya, tampaknya para petani Inggris abad ke-19 yang pendiam dan tabah ini juga tidak akan percaya.

Sumber: 100 bencana terbesar sepanjang masa (stephen j. spignesi), gambar berbagai sumber

tweet

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...