Entah sudah yang keberapa kalinya berita seperti ini muncul di media
massa Jepang. Seorang anak laki-laki yang baru berusia 11 tahun
melakukan bunuh diri dengan cara melompat ke rel kereta api agar
tubuhnya tertabrak dan terlindas sampai remuk. Kenapa dia berbuat
seperti itu? Di samping tas-nya ada secarik kertas yang berisi pesan
terakhirnya...
"Tolong hentikan penutupan dan penggabungan sekolah kami dengan sekolah lain. Sebagai gantinya, akan saya berikan nyawa saya" -- Seperti itulah kira-kira isi pesan tersebut. Anak itu juga sempat mengirim SMS terakhir ke ibunya, "Terima kasih atas semuanya. Aku benar benar mencintaimu, bu..."
Miris dan tragis memang.
"Tolong hentikan penutupan dan penggabungan sekolah kami dengan sekolah lain. Sebagai gantinya, akan saya berikan nyawa saya" -- Seperti itulah kira-kira isi pesan tersebut. Anak itu juga sempat mengirim SMS terakhir ke ibunya, "Terima kasih atas semuanya. Aku benar benar mencintaimu, bu..."
Miris dan tragis memang.
Setelah diselidiki, rupanya sekolah tempat dia belajar di Osaka sedang dalam proses penutupan (gulung tikar alias bangkrut) dan murid-muridnya akan digabungkan (dipindahkan) dengan sekolah lain. Dan bukan hanya sekolah dia saja, belakangan ini banyak sekolah-sekolah lain yang terpaksa ditutup karena kekurangan murid. Ya mau bagaimana lagi, Jepang memang sedang kekurangan generasi muda saat ini.
Tapi apakah benar hanya karena urusan membela sekolah akhirnya dia bunuh diri? Tampaknya tidak mungkin bagi seorang anak yang baru berumur 11 tahun bisa berpikir sampai sejauh itu. Banyak orang yang berpendapat kalau anak tersebut kemungkinan besar mempunyai masalah lain.
Sumber: http://www.jepang.net/2013/02/anak-kecil-bunuh-diri-karena-sekolah.html