Buscar

Page

Antara Israel dan Palestina

Berita ini mungkin bisa dibilang basi karena ane mendapatkan berita ini tahun lalu, tapi setidaknya ane ngeshare disini hanya untuk membuka wawasan dan menambah pengetahuan kita.. 

1299867747566244683Terlepas dari aspeknya yang islami, apa yang terkandung dalam sejarah Palestina? Masalah Palestina bukanlah masalah yang hanya berkaitan dengan sebuah pemerintahan di antara pemerintahan‑pemerintahan Islam. Masalah Palestina adalah masalah umat yang telah diusir dari tanah aimya, dari kampung halamannya. Apa yang terkandung dalarn sejarah tanah Palestina ini? Mereka (Zionis, red) mengklaim bahwa lebih dari dua atau tiga ribu tahun yang Ialu, ada dua tokoh dari bangsa (Yahudi) ini yang memerintah di sana, yakni Daud dan Sulaiman (salam atas keduanya), untuk sementara waktu.

Awal Sejarah Israel

Menurut kitab Taurat, Tanah Israel dijanjikan kepada tiga Patriark Yahudi oleh Tuhan sebagai tanah air Yahudi. Sekitar abad ke-11 SM, beberapa kerajaan dan negara Israel didirikan disekitar Tanah Israel.
Kisah & Sejarah Israel & PalestinaAntara periode Kerajaan-kerajaan Israel dan penaklukan Muslim abad ke-7, Tanah Israel jatuh di bawah pemerintahan Asiria, Babilonia, Persia, Yunani, Romawi, Sassania, dan Bizantium.
Keberadaan orang Yahudi di wilayah tersebut berkurang drastis setelah kegagalan Perang Bar Kokhba melawan Kekaisaran Romawi pada tahun 132, menyebabkan pengusiran besar-besaran Yahudi.
Pada tahun 628/9, Kaisar Bizantium Heraklius memerintahkan pembantaian dan pengusiran orang-orang Yahudi, mengakibatkan populasi Yahudi menurun lebih jauh lagi.
Tanah Israel direbut dari Kekaisaran Bizantium sekitar tahun 636 oleh penakluk muslim. Selama lebih dari enam abad, kontrol wilayah tersebut berada di bawah kontrol Umayyah, Abbasiyah, dan Tentara Salib sebelum jatuh di bawah Kesulatanan Mameluk pada tahun 1260.
Pada tahun 1516, Tanah Israel menjadi bagian dari Kesultanan Utsmaniyah, yang memerintah wilayah tersebut sampai pada abad ke-20.


Anda pelajarilah sejarah dan katakan kepada saya, kapan tanah Palestina itu menjadi milik orang‑orang Yahudi? Kapankah mayoritas penduduk Palestina itu terdiri dari orang‑orang Yahudi? Palestina bukanlah milik Yahudi sebelum Islam datang, bukan pula milik Yahudi setelah kedatangan Islam. Ketika kaum muslimin membebaskan tanah Palestina, tanah itu berada di tangan orang‑orang Kristen, bukan orang Yahudi. Dan, secara insidental, salah satu ketentuan yang dimasukkan orang‑orang Kristen itu dalam surat perjanjian perdamaian dengan kaurn muslimin adalah supaya orang‑orang Yahudi tidak diperkenankan datang ke sana. Inilah pasal yang disisipkan orang‑orang Masehi Palestina di dalamnya. Mereka mengatakan, “Kami mau hidup bersamasama dengan kaum muslimin, tetapi kami tidak mau tinggal bersama orang‑orang Yahudi.”

Kapankah itu? Bagaimalia asal-usulnya sehingga secara tiba‑tiba tanah Palestina dikenal sebagai “Jewish Homeland” (kampung halaman orang Yahudi)? Sekalipun umpamanya kita tidak membahas masalah ini dari aspek Islam, hanya membahasnya dari sudut pandang kemanusiaan, satu hal yang menggelapkan catatan sejarah abad kita ini, yang dengan palsunya dihiasi dengan kata‑kata “hak-hak asasi dan kebebasan manusia”, adalah masalah Palestina.

Kaum Yahudi di seluruh penjuru dunia harus berhenti sejenak, setelah mengalami penganiayaan dari bangsa­bangsa non-muslim di Rusia, Jerman, Polandia, dan di negara‑negara lain. (Namun), para pemimpin mereka mengadakan rapat dan mengatakan, “Selama kita terserak di seluruh penjuru dunia, kita akan tetap menjadi mayoritas di mana saja berada, dan nasib kita akan selalu sama. Kita harus mencari suatu pusat, dan seluruh bangsa Yahudi serta para penganut agama Yahudi harus berkumpul di sana.”

Mula‑mula mereka tidak pernah memikirkan Palestina; mereka memikirkan tempat‑tempat lain. Kemudian Perang Dunia I pecah. Tentu saja, saya hanya sekadar memberi ringkasan singkat. Tapi banyak buku‑buku sejarah yang berbicara secara detail tentangnya, supaya Anda baca.

Kaum Sekutu berperang melawan kekhalifahan Usmani atau Ottoman …… sekurang‑kurangnya ia masih merupakan suatu pernerintahan yang bersatu ……. (Kerajaan Saudi) mendengarkan hasutan‑hasutan pasukan sekutu dan memerangi kekuasaan Usmani dari dalarn setelah dijanjikan oleh sekutu bahwa mereka akan diberi kemerdekaan. Britania (Inggris) memberi janji sucinya kepada orang‑orang Arab itu bahwa mereka akan memperoleh kemerdekaan, dengan syarat mereka harus membela Sekutu dalarn memerangi imperium Ot­toman. Dengan berharap terhadap janji tersebut, kemudian berperanglah orang­-orang Arab malang tersebut. Dan sementara orang‑orang bodoh, sial, dan tidak sadar ini berperang melawan pemerintahan yang sedikitnya masih Islami dalam prinsipnya, Britania telah berjanji dan bersepakat dengan partai Zionis yang kala itu baru didirikan bahwa Britania akan menyerahkan kepada para penganut Zionis tersebut tanah Palestina yang terletak di jantung dunia Islam!

Liga Bangsa‑bangsa lantas didirikan. Perhatikanlah “keadilan” itu. Liga Bangsa‑bangsa segera mengeluarkan resolusi bahwa ada bangsa‑bangsa di dunia, khususnya yang telah memecahkan diri dari imperium Ottoman, yang terbelakang, dan karenanya Liga Bangsa­-bangsa sendiri harus menunjuk negara­-negara pelindung (protector state) baginya, dan para pelindung inilah yang mengurus mereka. Yang sesungguhnya mereka kehendaki adalah membagi warisan im­perium Ottoman. Sebagian diberikan kepada Perancis, sebagian lairmya kepada Britania. Dan di antara tanah‑tanah yang diambil Inggris itu tak lain dari Palestina. Britania mengambil Palestina sembari mengatakan, “Kamu berada di bawah perlindungan (protektorat) kami dan kami adalah pelindung kamu.” Dengan demikian, Inggris lantas menjadi sang pelindung/protektor. Kemudian Inggris menggagas Deklarasi Balfour yang menjanjikan akan memberi Palestina kepada para Zionis.

Orang‑orang Zionis adalah orang­orang Yahudi yang telah tersebar ke selurub dunia selama berabad‑abad dan terdiri dari berbagai ras. Menurut asal­-usulnya, banyak orang Yahudi yang bahkan bukan dari orang‑orang keturunan Israil. Titik kesamaan mereka satu-satunya hanyalah agama. Kendati bangsa mereka tidak murni lagi. Orang‑orang Yahudi yang hidup di seluruh penjuru dunia itu sedang mencari‑cari tempat, semata‑mata lantaran mereka telah dianiaya orang‑orang Barat akibat sifat mereka yang licik dan khianat, di mana kitab mereka mengizinkan penggunaan segala cara yang dapat dilakukannya demi mencapai tujuan‑tujuannya. Ada lima puluh ribu orang Yahudi yang sedang berdiam di Palestina pada waktu itu, dan kini sedang sangat menderita. Penyebab penderitaan itu ialah Yahudi dari Eropa dan Amerika.

 

Kemudian Britania memberi jalan bagi imigrasi Yahudi ke Palestina. Mereka datang lalu membeli tanah‑tanah, menyediakan alat‑alat transportasi dan mengirimkan orang‑orangnya berduyun-duyun ke Palestina. Sebagian orang Arab memberontak, tapi kemudian dibunuh, dihukum, dan sebagainya. Gelombang imigran Yahudi berlanjut dan jumlahnya meningkat. Senjata dibagi‑bagikan di kalangan mereka dan mulai membunuhi, menganiaya, dan akhirnya mengusir penduduk asli muslimin menjadi para pengungsi. Gelombang imigran Yahudi dari Eropa berlanjut terus sebagaimana dahulunya. Sebenamya, datang dari bagian dunia manakah orang‑orang Yahudi ini yang namanya setiap hari Anda dengar, Moshe Dayan, Golda Meir, dan seterusnya? Namun masih juga mereka mengaku bahwa Palestina adalah tanah airnya. Di manakah mereka dilahirkan? Dimanakah ayah, kakek, dan nenek moyang mereka dilahirkan? Sekarang Anda melihat bahwa di antara dua setengah atau tiga juta kaum muslimin telah diusir ke luar dari rumah dan kampung halamannya (dengan sangat memalukan, angka ini sekarang telah jauh meningkat, red)

 
Apakah tujuannya tidak lebih dari sekadar mendirikan suatu negara kecil di sana? Adakah kekeliruan besar bila Anda berpendapat demikian? Kita sernua telah membuat kekeliruan. Mereka mengetahui bahwa lambat laun sebuah negara kecil tidak sanggup bertahan di sana; karenanya mereka hendak menciptakan suatu “Israel Raya” yang membentang dari Laut Tengah (Mediterania) hingga ke Iran. AbdurRahman Faramarzi pernah mengatakan, “Dari apa yang saya ketahui tentang Israel, saya berani mengatakan bahwa pada suatu hari ia akan mengklaim Syiraz (di Iran), dengan mengatakan bahwa para penyair Persia selalu menunjuk Syiraz sebagai tanah Solomon (Sulaiman) dalam syair‑syairnya. Kendati didesak dengan segala daya, itu hanya sekadar metafora seniman, namun ia (Israel) akan mendeklarasikan bahwa inilah tanah Sulaiman dan karenanya mcrupakan bagian dari tanah Sulaiman, yakni Israel.”

Apakah mereka tidak mengklaim Madinah? Apakah mereka tidak mengklairn Khaibar? Bukankah Roosevelt mengusulkan kepada Raja Saudi masa itu untuk menjual Khaibar kepada mereka? Tidakkah mereka telah mengklaim Irak dan kota‑kota sucinya? Demi Allah, yang akan membuat hati Nabi SAWW berdarah adalah soal Zionisme ini.

Apabila kita memberi penghargaan terhadap diri kita, dan apabila kita hendak memberi penghargaan kepada upacara‑upacara perkabungan bagi Imam Husain, kita harus menyadari sekiranya Imam Husain hidup saat ini, slo­gan apakah yang akan dituntutnya untuk dikumandangkan sebagai kenangan kepadanya? Apakah beliau akan mengatakan kepada kita “putera‑puteri yang malang” atau “Zainabku yang cemas, selamat tinggal”? Beliau akan mengatakan bahwa sekarang Anda membuat slogan-­slogan di luar konsep dan tak akan pernah diterimanya. Sepanjang hidupnya, beliau sendiri tak pernah memberi konsep-­konsep yang rendah, hina, dan aib semacam itu. Beliau tak pernah berkata sepatah kata pun tentang mereka.

Sekiranya Imam Husain dalam keadaan hidup sekarang, beliau tentu akan mengatakan, “Apabila Anda hendak membusunglcan dada demi mengenangku, slogan Anda sekarang haruslah Palestina.” Syimir (pembunuh Imam Husain, red) di zaman kita ialah Moshe Dayan. Syimir masa lampau telah mati tiga belas abad silam, kenalilah Syimir zaman sekarang ini! (Syimir adalah tokoh terkutuk yang memenggal tubuh Imam Husain; yang serupa dengannya saat ini ialah Ariel Sharon).

Pintu‑pintu dan dinding‑dinding di kota ini harus menggelegar dengan seruan Palestina. Dengan penuh kepalsuan mereka telah menanamkan pemahaman dalam benak kita, bahwa Palestina hanyalah masalah internal, hanya persoalan antara orang Israel dan Arab. Pada salah satu surat kabar kita, AbdurRahman Faramarzi mengatakan, “Sekiranya masalah Palestina bukan urusan keagamaan, mengapa orang‑orang Yahudi di seluruh dunia terus‑menerus mengucurkan uangnya ke sana?” Jawaban apa yang akan kita kemukakan kepada Islam dan Nabi SAWW? Beberapa hari yang lalu kita membaca di surat kabar bahwa tahun lalu orang‑orang Yahudi dari bagian dunia di luar Israel telah mengumpulkan lima ratus juta dolar AS dan mengirimnya ke Israel (ini tidak termasuk orang‑orang yang berpaspor Israel). Untuk maksud apa uang itu dikirim? Untuk membeli pesawat-pesawat tempur jet F‑14 guna menjatuhkan bom‑born pada kaum muslimin!

Peta perubahan wilayah Israel dan Palestina:

Kisah & Sejarah Israel & Palestina 

Sejumlah uang yang cukup dibelikan dua pesawat jet F‑14 telah dikirimkan ke Israel dari Iran dalam masa pemerintahan Mohammad Reza Pahlevi. Pemerintahan Syah itu telah mengirimikan 36 j uta dolar Amerika dari negara kita ini ke Israel. Dalam hal ini, saya tidak menyalahkan orang Yahudi tersebut, kita harus menyalahkan diri sendiri. Syah membantu sesama saudara “seagamanya” dan akan membusungkan dada kepada setiap orang dengan memperlihatkan tanda terima kasih yang diterimanya dari Moshe Dayan, dan akan berkata dengan sombong, “Lihatlah ini tanda terima kasih yang didapat dari Israel.” (Pemerintah Republik Islam Iran sekarang melarang setiap pengiriman uang ke Israel, dan ini merupakan salah satu sebab gencarnya pernyataan kebencian yang disiarkan media massa Barat, red).

Sekitar tiga malam lalu, saya punya kliping surat kabar di mana mereka menulis bahwa sekarang ini masyarakat Yahudi Amerika sendiri telah membantu Israel sebesar US$1 juta sehari. Nah, usaha‑usaha apakah yang telah dilakukan kaum muslimin dalam hal ini? Demi Tuhan, sungguh memalukan menamakan diri kita muslimin sekarang ini. Saya merasa harus menyampaikan riwayat tentang Ali bin Abi Thalib AS, yang dilarang dibacakan dari mimbar khotbah. Pada suatu hari, Ali mendengar bahwa musuh telah menyerang negeri‑negeri Is­lam. Lalu beliau mengatakan, “Saya telah mendengar bahwa orang‑orang ini telah datang dan merampok perhiasan‑perhiasan kaum wanita muslimah atau orang‑orang yang berada di bawah naungan perlindungan kaum muslimin. Demi Al­lah, saya mendengar bahwa musuh telah berbuat penghinaan dan kejahatan semacam itu. Mereka telah datang merampok negeri kaum muslimin. Mereka telah membunuh dan menawan kaum pria. Mereka telah mencemari wanita‑wanita dan mengambil perhiasan dari leher dan telinga kaum wanita muslimah.” Sementara, kita menunjukkan perasaan­-perasaan yang tidak berarti dan palsu, mengatakan kepada mereka, “Apabila or­ang muslim mati mendadak, lantaran mendengar berita ini, itu wajar dan ia tak dapat dipersalahkan.” Apakah kita tidak berkewajiban memberi bantuan keuangan? Apakah orang‑orang Palestina itu bukan muslimin? Tidak adakah orang yang mencintai mereka? Apakah mereka bukan orang‑orang yang membela hak‑hak asasi mereka yang sah? Siapakah gerangan yang menolak bahwa orang‑orang Palestina itu berhak untuk kembali ke tanah airnya? Demi Allah, apabila orang melihat mereka dalam perjalanan ke Makah, saya melihat beberapa orang dari mereka, beberapa pemuda yang lebih gagah dan lebih cerdas dari anak‑anak kita. Mereka hanya mengatakan, “Darah para syuhada kami…” Banyak individu di antara orangorang Palestina ini yang sungguh‑sungguh memerlukan pakaian yang patut, orang-orang yang berjuang dalam keadaan setengah telanjang. Apakah kita tidak berkewajiban?

tumblr_lbo0i5NoLW1qe9otbo1_500.jpgPernah saya sarankan bahwa sekiranya 700 juta muslimin (sekarang lebih satu milyar) di seluruh dunia menafkahkan satu rial sehari, maka setiap tahunnya sejumlah kira‑kira US$ 300 juta bakal terkumpul. Apabila bangsa kita sendiri yang berjumlah 25 juta jiwa (sekarang hampir 40 juta), yang 98% darinya adalah muslimin, setiap orang membayar satu rial sehari untuk membantu Palestina, jumlahnya akan mencapai 90 juta toman (mata uang Iran, red). Dan sekiranya sepersepuluh saja dari kaum muslimin memutuskan membantu Palestina dengan satu toman setiap harinya, maka setahunnya akan terkumpul sembilan juta toman (toman dan rial adalah nama mata uang Iran).

Kita terus membaca dalam al-Quran, “… orang‑orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka. Allah molebihkan orang‑or­ang yang berjibad dengan harta dan jiwanya..” Jadi, setidak‑tidaknya Anda dapat memberikan bantuan berupa uang.Dan demi Tuhan, ini wajib. Di antara pertanyaan pertama yang akan diajukan kepada kita di akhirat adalah tentang apa yang kita perbuat mengenai solidaritas Is­lam. Nabi SAWW mengatakan, “Barangsiapa mendengar seorang muslim berseru kepada kaum muslimin dan tidak menyambut seruannya, ia bukanlah seorang muslim.” Ini berarti bahwa Nabi yang mulia mengatakan, “Wahai kaum muslimin!” tetapi tidak datang memberikan pertolongan kepadanya, maka Anda boleh menganggap dia sebagai bukan muslim.

Apa salahnya apabila kita membuka perhitungan untuk orang Palestina dengan menyisihkan sedikit dari pendapatan kita untuk membantunya? Mengapa semua orang Yahudi di dunia, termasuk yang ada di Iran, membantu Is­rael dan dipuji seluruh dunia sebagai bangsa yang sadar, sedang kita tidak berbuat yang sama? Mengapa kita tidak berbuat demikian? “Bangsa yang,sadar” adalah bangsa yang mengenal zamannya, mengenal sakit dan kebenaran. Sekarang saya telah melakukan satu kewajiban, yakni mengatakannya kepada Anda sekalian. Dan Allah Maha Mengetahui bahwa hanya semata‑mata dorongan dan tekanan kesadaran lah yang memaksa saya untuk mengatakan ini kepada Anda. Saya tahu akan kewajiban dan tugas saya. Dan Anda mengetahui apa tugas dan kewajiban Anda: Memberi bantuan keuangan. Saya merasakannya sebagai tugas serta kewajiban saya untuk mengatakan ini, dan saya memandang sebagai kewajiban setiap muballigh untuk membicarakannya. Lihatlah para pemuka agama. Ayatullah al-Hakim, umpamanya, telah mengeluarkan fatwa bahwa barangsiapa gugur dan tewas di sana (Palestina) maka ia terhitung syahid di jalan Allah. Dan bukan hanya Ayatullah Hakim saja yang mengatakan demikian.

Dengan demikian, marilah kita memberi penghargaan terhadap diri kita. Marilah kita memberi penilaian terhadap kerja dan usaha, pemikiran, kitab‑kitab, dan harta kekayaan kita. Marilah kita tegaskan diri kita di antara bangsa‑bangsa di dunia ini.

Sekarang harus dikatakan bahwa yang menyebabkan negara‑negara besar tidak banyak memperhitungkan kita kaum muslimin adalah bahwa mereka tidak memandang kaum muslimin sebagai pihak yang punya semangat sesungguhnya. Amerika telah sedemikian bertebal muka terhadap kita lantaran kaum muslimin dianggap tak punya semangat, kekuatan, solidaritas, dan saling bersimpati. Yahudi mati karena uang. Mereka tidak mengenal apapun selain uang. Motivasinya cuma uang. Namun apabila ada suatu masalah yang sensitif, mereka kontan membantu sesamanya dengan US$ 1 juta sehari. Tidakkah 700 juta (baca: satu miliar) kaum muslimin hendak membantu sesama muslimin Palestina yang tertindas, walaupun cuma sedikit? 


Sumber:
http://sejarah.kompasiana.com/2011/03/12/kebohongan-yahudi-soal-tanah-mereka/ 
http://ariefew.com/umum/kisah-sejarah-israel-palestina/ 

gambar:
http://www.israel-palestina.info  
http://my.opera.com
http://paradigm-shift-21st-century.nl 

tweet

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...