Berita ini mungkin bisa dibilang basi karena ane mendapatkan berita ini tahun lalu, tapi setidaknya ane ngeshare disini hanya untuk membuka wawasan dan menambah pengetahuan kita..
Terlepas
dari aspeknya yang islami, apa yang terkandung dalam sejarah Palestina?
Masalah Palestina bukanlah masalah yang hanya berkaitan dengan sebuah
pemerintahan di antara pemerintahan‑pemerintahan Islam. Masalah
Palestina adalah masalah umat yang telah diusir dari tanah aimya, dari
kampung halamannya. Apa yang terkandung dalarn sejarah tanah Palestina
ini? Mereka (Zionis, red) mengklaim bahwa lebih dari dua atau tiga ribu
tahun yang Ialu, ada dua tokoh dari bangsa (Yahudi) ini yang memerintah
di sana, yakni Daud dan Sulaiman (salam atas keduanya), untuk sementara
waktu.
Awal Sejarah Israel
Menurut
kitab Taurat, Tanah Israel dijanjikan kepada tiga Patriark Yahudi oleh
Tuhan sebagai tanah air Yahudi. Sekitar abad ke-11 SM, beberapa kerajaan
dan negara Israel didirikan disekitar Tanah Israel.
Antara periode Kerajaan-kerajaan Israel dan penaklukan Muslim abad ke-7, Tanah Israel jatuh di bawah pemerintahan Asiria, Babilonia, Persia, Yunani, Romawi, Sassania, dan Bizantium.
Keberadaan orang Yahudi di wilayah tersebut berkurang drastis setelah kegagalan Perang Bar Kokhba melawan Kekaisaran Romawi pada tahun 132, menyebabkan pengusiran besar-besaran Yahudi.
Pada tahun 628/9, Kaisar Bizantium Heraklius memerintahkan pembantaian dan pengusiran orang-orang Yahudi, mengakibatkan populasi Yahudi menurun lebih jauh lagi.
Tanah Israel direbut dari Kekaisaran Bizantium sekitar tahun 636 oleh penakluk muslim. Selama lebih dari enam abad, kontrol wilayah tersebut berada di bawah kontrol Umayyah, Abbasiyah, dan Tentara Salib sebelum jatuh di bawah Kesulatanan Mameluk pada tahun 1260.
Pada tahun 1516, Tanah Israel menjadi bagian dari Kesultanan Utsmaniyah, yang memerintah wilayah tersebut sampai pada abad ke-20.
Anda
pelajarilah sejarah dan katakan kepada saya, kapan tanah Palestina itu
menjadi milik orang‑orang Yahudi? Kapankah mayoritas penduduk Palestina
itu terdiri dari orang‑orang Yahudi? Palestina bukanlah milik Yahudi
sebelum Islam datang, bukan pula milik Yahudi setelah kedatangan Islam.
Ketika kaum muslimin membebaskan tanah Palestina, tanah itu berada di
tangan orang‑orang Kristen, bukan orang Yahudi. Dan, secara insidental,
salah satu ketentuan yang dimasukkan orang‑orang Kristen itu dalam surat
perjanjian perdamaian dengan kaurn muslimin adalah supaya orang‑orang
Yahudi tidak diperkenankan datang ke sana. Inilah pasal yang disisipkan
orang‑orang Masehi Palestina di dalamnya. Mereka mengatakan, “Kami mau
hidup bersamasama dengan kaum muslimin, tetapi kami tidak mau tinggal
bersama orang‑orang Yahudi.”
Kapankah
itu? Bagaimalia asal-usulnya sehingga secara tiba‑tiba tanah Palestina
dikenal sebagai “Jewish Homeland” (kampung halaman orang Yahudi)?
Sekalipun umpamanya kita tidak membahas masalah ini dari aspek Islam,
hanya membahasnya dari sudut pandang kemanusiaan, satu hal yang
menggelapkan catatan sejarah abad kita ini, yang dengan palsunya dihiasi
dengan kata‑kata “hak-hak asasi dan kebebasan manusia”, adalah masalah
Palestina.
Kaum
Yahudi di seluruh penjuru dunia harus berhenti sejenak, setelah
mengalami penganiayaan dari bangsabangsa non-muslim di Rusia, Jerman,
Polandia, dan di negara‑negara lain. (Namun), para pemimpin mereka
mengadakan rapat dan mengatakan, “Selama kita terserak di seluruh
penjuru dunia, kita akan tetap menjadi mayoritas di mana saja berada,
dan nasib kita akan selalu sama. Kita harus mencari suatu pusat, dan
seluruh bangsa Yahudi serta para penganut agama Yahudi harus berkumpul
di sana.”
Mula‑mula
mereka tidak pernah memikirkan Palestina; mereka memikirkan
tempat‑tempat lain. Kemudian Perang Dunia I pecah. Tentu saja, saya
hanya sekadar memberi ringkasan singkat. Tapi banyak buku‑buku sejarah
yang berbicara secara detail tentangnya, supaya Anda baca.
Kaum
Sekutu berperang melawan kekhalifahan Usmani atau Ottoman ……
sekurang‑kurangnya ia masih merupakan suatu pernerintahan yang bersatu
……. (Kerajaan Saudi) mendengarkan hasutan‑hasutan pasukan sekutu dan
memerangi kekuasaan Usmani dari dalarn setelah dijanjikan oleh sekutu
bahwa mereka akan diberi kemerdekaan. Britania (Inggris) memberi janji
sucinya kepada orang‑orang Arab itu bahwa mereka akan memperoleh
kemerdekaan, dengan syarat mereka harus membela Sekutu dalarn memerangi
imperium Ottoman. Dengan berharap terhadap janji tersebut, kemudian
berperanglah orang-orang Arab malang tersebut. Dan sementara
orang‑orang bodoh, sial, dan tidak sadar ini berperang melawan
pemerintahan yang sedikitnya masih Islami dalam prinsipnya, Britania
telah berjanji dan bersepakat dengan partai Zionis yang kala itu baru
didirikan bahwa Britania akan menyerahkan kepada para penganut Zionis
tersebut tanah Palestina yang terletak di jantung dunia Islam!
Liga
Bangsa‑bangsa lantas didirikan. Perhatikanlah “keadilan” itu. Liga
Bangsa‑bangsa segera mengeluarkan resolusi bahwa ada bangsa‑bangsa di
dunia, khususnya yang telah memecahkan diri dari imperium Ottoman, yang
terbelakang, dan karenanya Liga Bangsa-bangsa sendiri harus menunjuk
negara-negara pelindung (protector state) baginya, dan para pelindung
inilah yang mengurus mereka. Yang sesungguhnya mereka kehendaki adalah
membagi warisan imperium Ottoman. Sebagian diberikan kepada Perancis,
sebagian lairmya kepada Britania. Dan di antara tanah‑tanah yang diambil
Inggris itu tak lain dari Palestina. Britania mengambil Palestina
sembari mengatakan, “Kamu berada di bawah perlindungan (protektorat)
kami dan kami adalah pelindung kamu.” Dengan demikian, Inggris lantas
menjadi sang pelindung/protektor. Kemudian Inggris menggagas Deklarasi
Balfour yang menjanjikan akan memberi Palestina kepada para Zionis.
Orang‑orang
Zionis adalah orangorang Yahudi yang telah tersebar ke selurub dunia
selama berabad‑abad dan terdiri dari berbagai ras. Menurut
asal-usulnya, banyak orang Yahudi yang bahkan bukan dari orang‑orang
keturunan Israil. Titik kesamaan mereka satu-satunya hanyalah agama.
Kendati bangsa mereka tidak murni lagi. Orang‑orang Yahudi yang hidup di
seluruh penjuru dunia itu sedang mencari‑cari tempat, semata‑mata
lantaran mereka telah dianiaya orang‑orang Barat akibat sifat mereka
yang licik dan khianat, di mana kitab mereka mengizinkan penggunaan
segala cara yang dapat dilakukannya demi mencapai tujuan‑tujuannya. Ada
lima puluh ribu orang Yahudi yang sedang berdiam di Palestina pada waktu
itu, dan kini sedang sangat menderita. Penyebab penderitaan itu ialah
Yahudi dari Eropa dan Amerika.
Kemudian
Britania memberi jalan bagi imigrasi Yahudi ke Palestina. Mereka datang
lalu membeli tanah‑tanah, menyediakan alat‑alat transportasi dan
mengirimkan orang‑orangnya berduyun-duyun ke Palestina. Sebagian orang
Arab memberontak, tapi kemudian dibunuh, dihukum, dan sebagainya.
Gelombang imigran Yahudi berlanjut dan jumlahnya meningkat. Senjata
dibagi‑bagikan di kalangan mereka dan mulai membunuhi, menganiaya, dan
akhirnya mengusir penduduk asli muslimin menjadi para pengungsi.
Gelombang imigran Yahudi dari Eropa berlanjut terus sebagaimana
dahulunya. Sebenamya, datang dari bagian dunia manakah orang‑orang
Yahudi ini yang namanya setiap hari Anda dengar, Moshe Dayan, Golda
Meir, dan seterusnya? Namun masih juga mereka mengaku bahwa Palestina
adalah tanah airnya. Di manakah mereka dilahirkan? Dimanakah ayah,
kakek, dan nenek moyang mereka dilahirkan? Sekarang Anda melihat bahwa
di antara dua setengah atau tiga juta kaum muslimin telah diusir ke luar
dari rumah dan kampung halamannya (dengan sangat memalukan, angka ini
sekarang telah jauh meningkat, red)
Apakah
tujuannya tidak lebih dari sekadar mendirikan suatu negara kecil di
sana? Adakah kekeliruan besar bila Anda berpendapat demikian? Kita
sernua telah membuat kekeliruan. Mereka mengetahui bahwa lambat laun
sebuah negara kecil tidak sanggup bertahan di sana; karenanya mereka
hendak menciptakan suatu “Israel Raya” yang membentang dari Laut Tengah
(Mediterania) hingga ke Iran. AbdurRahman Faramarzi pernah mengatakan,
“Dari apa yang saya ketahui tentang Israel, saya berani mengatakan bahwa
pada suatu hari ia akan mengklaim Syiraz (di Iran), dengan mengatakan
bahwa para penyair Persia selalu menunjuk Syiraz sebagai tanah Solomon
(Sulaiman) dalam syair‑syairnya. Kendati didesak dengan segala daya, itu
hanya sekadar metafora seniman, namun ia (Israel) akan mendeklarasikan
bahwa inilah tanah Sulaiman dan karenanya mcrupakan bagian dari tanah
Sulaiman, yakni Israel.”
Apakah
mereka tidak mengklaim Madinah? Apakah mereka tidak mengklairn Khaibar?
Bukankah Roosevelt mengusulkan kepada Raja Saudi masa itu untuk menjual
Khaibar kepada mereka? Tidakkah mereka telah mengklaim Irak dan
kota‑kota sucinya? Demi Allah, yang akan membuat hati Nabi SAWW berdarah
adalah soal Zionisme ini.
Apabila
kita memberi penghargaan terhadap diri kita, dan apabila kita hendak
memberi penghargaan kepada upacara‑upacara perkabungan bagi Imam Husain,
kita harus menyadari sekiranya Imam Husain
hidup saat ini, slogan apakah yang akan dituntutnya untuk
dikumandangkan sebagai kenangan kepadanya? Apakah beliau akan mengatakan
kepada kita “putera‑puteri yang malang” atau “Zainabku yang cemas,
selamat tinggal”? Beliau akan mengatakan bahwa sekarang Anda membuat
slogan-slogan di luar konsep dan tak akan pernah diterimanya. Sepanjang
hidupnya, beliau sendiri tak pernah memberi konsep-konsep yang rendah,
hina, dan aib semacam itu. Beliau tak pernah berkata sepatah kata pun tentang mereka.
Sekiranya Imam Husain
dalam keadaan hidup sekarang, beliau tentu akan mengatakan, “Apabila
Anda hendak membusunglcan dada demi mengenangku, slogan Anda sekarang
haruslah Palestina.” Syimir (pembunuh Imam Husain, red) di zaman kita
ialah Moshe Dayan. Syimir masa lampau telah mati tiga belas abad silam,
kenalilah Syimir zaman sekarang ini! (Syimir adalah tokoh terkutuk yang
memenggal tubuh Imam Husain; yang serupa dengannya saat ini ialah Ariel
Sharon).
Pintu‑pintu
dan dinding‑dinding di kota ini harus menggelegar dengan seruan
Palestina. Dengan penuh kepalsuan mereka telah menanamkan pemahaman
dalam benak kita, bahwa Palestina hanyalah masalah internal, hanya
persoalan antara orang Israel dan Arab. Pada salah satu surat kabar
kita, AbdurRahman Faramarzi mengatakan, “Sekiranya masalah Palestina
bukan urusan keagamaan, mengapa orang‑orang Yahudi di seluruh dunia
terus‑menerus mengucurkan uangnya ke sana?” Jawaban apa yang akan kita
kemukakan kepada Islam dan Nabi SAWW? Beberapa hari yang lalu kita
membaca di surat kabar bahwa tahun lalu orang‑orang Yahudi dari bagian
dunia di luar Israel telah mengumpulkan lima ratus juta dolar AS dan
mengirimnya ke Israel (ini tidak termasuk orang‑orang yang berpaspor
Israel). Untuk maksud apa uang itu dikirim? Untuk membeli
pesawat-pesawat tempur jet F‑14 guna menjatuhkan bom‑born pada kaum
muslimin!
Sejumlah
uang yang cukup dibelikan dua pesawat jet F‑14 telah dikirimkan ke
Israel dari Iran dalam masa pemerintahan Mohammad Reza Pahlevi.
Pemerintahan Syah itu telah mengirimikan 36 j uta dolar Amerika dari
negara kita ini ke Israel. Dalam hal ini, saya tidak menyalahkan orang
Yahudi tersebut, kita harus menyalahkan diri sendiri. Syah membantu
sesama saudara “seagamanya” dan akan membusungkan dada kepada setiap
orang dengan memperlihatkan tanda terima kasih yang diterimanya dari
Moshe Dayan, dan akan berkata dengan sombong, “Lihatlah ini tanda terima
kasih yang didapat dari Israel.” (Pemerintah Republik Islam Iran
sekarang melarang setiap pengiriman uang ke Israel, dan ini merupakan
salah satu sebab gencarnya pernyataan kebencian yang disiarkan media
massa Barat, red).
Sekitar
tiga malam lalu, saya punya kliping surat kabar di mana mereka menulis
bahwa sekarang ini masyarakat Yahudi Amerika sendiri telah membantu
Israel sebesar US$1 juta sehari. Nah, usaha‑usaha apakah yang telah
dilakukan kaum muslimin dalam hal ini? Demi Tuhan, sungguh memalukan
menamakan diri kita muslimin sekarang ini. Saya merasa
harus menyampaikan riwayat tentang Ali bin Abi Thalib AS, yang dilarang
dibacakan dari mimbar khotbah. Pada suatu hari, Ali mendengar bahwa
musuh telah menyerang negeri‑negeri Islam. Lalu beliau mengatakan,
“Saya telah mendengar bahwa orang‑orang ini telah datang dan merampok
perhiasan‑perhiasan kaum wanita muslimah atau orang‑orang yang berada di
bawah naungan perlindungan kaum muslimin. Demi Allah, saya mendengar
bahwa musuh telah berbuat penghinaan dan kejahatan semacam itu. Mereka
telah datang merampok negeri kaum muslimin. Mereka telah membunuh dan
menawan kaum pria. Mereka telah mencemari wanita‑wanita dan mengambil
perhiasan dari leher dan telinga kaum wanita muslimah.” Sementara, kita
menunjukkan perasaan-perasaan yang tidak berarti dan palsu, mengatakan
kepada mereka, “Apabila orang muslim mati mendadak, lantaran mendengar
berita ini, itu wajar dan ia tak dapat dipersalahkan.” Apakah kita tidak berkewajiban memberi bantuan keuangan?
Apakah orang‑orang Palestina itu bukan muslimin? Tidak adakah orang
yang mencintai mereka? Apakah mereka bukan orang‑orang yang membela
hak‑hak asasi mereka yang sah? Siapakah gerangan yang menolak bahwa
orang‑orang Palestina itu berhak untuk kembali ke tanah airnya? Demi
Allah, apabila orang melihat mereka dalam perjalanan ke Makah, saya
melihat beberapa orang dari mereka, beberapa pemuda yang lebih gagah dan
lebih cerdas dari anak‑anak kita. Mereka hanya mengatakan, “Darah para
syuhada kami…” Banyak individu di antara orangorang Palestina ini yang
sungguh‑sungguh memerlukan pakaian yang patut, orang-orang yang berjuang
dalam keadaan setengah telanjang. Apakah kita tidak berkewajiban?
Pernah
saya sarankan bahwa sekiranya 700 juta muslimin (sekarang lebih satu
milyar) di seluruh dunia menafkahkan satu rial sehari, maka setiap
tahunnya sejumlah kira‑kira US$ 300 juta bakal terkumpul. Apabila bangsa
kita sendiri yang berjumlah 25 juta jiwa (sekarang hampir 40 juta),
yang 98% darinya adalah muslimin, setiap orang membayar satu rial sehari
untuk membantu Palestina, jumlahnya akan mencapai 90 juta toman (mata uang Iran, red). Dan sekiranya sepersepuluh saja dari kaum muslimin memutuskan membantu Palestina dengan satu toman setiap harinya, maka setahunnya akan terkumpul sembilan juta toman (toman dan rial adalah nama mata uang Iran).
Kita
terus membaca dalam al-Quran, “… orang‑orang yang berjihad di jalan
Allah dengan harta dan jiwa mereka. Allah molebihkan orang‑orang yang
berjibad dengan harta dan jiwanya..” Jadi,
setidak‑tidaknya Anda dapat memberikan bantuan berupa uang.Dan demi
Tuhan, ini wajib. Di antara pertanyaan pertama yang akan diajukan kepada
kita di akhirat adalah tentang apa yang kita perbuat mengenai
solidaritas Islam. Nabi SAWW mengatakan, “Barangsiapa mendengar seorang
muslim berseru kepada kaum muslimin dan tidak menyambut seruannya, ia
bukanlah seorang muslim.” Ini berarti bahwa Nabi yang mulia mengatakan,
“Wahai kaum muslimin!” tetapi tidak datang memberikan pertolongan kepadanya, maka Anda boleh menganggap dia sebagai bukan muslim.
Apa
salahnya apabila kita membuka perhitungan untuk orang Palestina dengan
menyisihkan sedikit dari pendapatan kita untuk membantunya? Mengapa
semua orang Yahudi di dunia, termasuk yang ada di Iran, membantu Israel
dan dipuji seluruh dunia sebagai bangsa yang sadar, sedang kita tidak
berbuat yang sama? Mengapa kita tidak berbuat demikian? “Bangsa
yang,sadar” adalah bangsa yang mengenal zamannya, mengenal sakit dan
kebenaran. Sekarang saya telah melakukan satu kewajiban, yakni
mengatakannya kepada Anda sekalian. Dan Allah Maha Mengetahui bahwa
hanya semata‑mata dorongan dan tekanan kesadaran lah yang memaksa saya
untuk mengatakan ini kepada Anda. Saya tahu akan kewajiban dan tugas
saya. Dan Anda mengetahui apa tugas dan kewajiban Anda: Memberi bantuan
keuangan. Saya merasakannya sebagai tugas serta kewajiban saya untuk
mengatakan ini, dan saya memandang sebagai kewajiban setiap muballigh
untuk membicarakannya. Lihatlah para pemuka agama. Ayatullah al-Hakim,
umpamanya, telah mengeluarkan fatwa bahwa barangsiapa gugur dan tewas di
sana (Palestina) maka ia terhitung syahid di jalan Allah. Dan bukan
hanya Ayatullah Hakim saja yang mengatakan demikian.
Dengan
demikian, marilah kita memberi penghargaan terhadap diri kita. Marilah
kita memberi penilaian terhadap kerja dan usaha, pemikiran, kitab‑kitab,
dan harta kekayaan kita. Marilah kita tegaskan diri kita di antara
bangsa‑bangsa di dunia ini.
Sekarang
harus dikatakan bahwa yang menyebabkan negara‑negara besar tidak banyak
memperhitungkan kita kaum muslimin adalah bahwa mereka tidak memandang
kaum muslimin sebagai pihak yang punya semangat sesungguhnya. Amerika
telah sedemikian bertebal muka terhadap kita lantaran kaum muslimin
dianggap tak punya semangat, kekuatan, solidaritas, dan saling
bersimpati. Yahudi mati karena uang. Mereka tidak mengenal apapun selain
uang. Motivasinya cuma uang. Namun apabila ada suatu masalah yang
sensitif, mereka kontan membantu sesamanya dengan US$ 1 juta sehari.
Tidakkah 700 juta (baca: satu miliar) kaum muslimin hendak membantu
sesama muslimin Palestina yang tertindas, walaupun cuma sedikit?
Sumber:
http://sejarah.kompasiana.com/2011/03/12/kebohongan-yahudi-soal-tanah-mereka/
http://ariefew.com/umum/kisah-sejarah-israel-palestina/
gambar:
http://www.israel-palestina.info
http://my.opera.com
http://paradigm-shift-21st-century.nl